Pernahkah
kita berada pada posisi yang serba salah/gelisah/galau/resah?
Ukurannya adalah tingkat kenyamanan dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Kita seolah berada pada kondisi yang sulit, semuanya serba mentok, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berbuat sesuatu yang terbaik. Kondisi ini tentunya sangat kontras dengan seseorang yang senantiasa optimis dalam menghadapi setiap detik dan menit, setiap episode kehidupan yang menawarkan berbagai macam tantangan dan hambatan ini.
Pribadi yang selalu optimis adalah salah satu ciri yang khas dan unik dari seorang muslim. Ketika berada di posisi yang serba pesimis, tidak ada keinginan untuk merubah sesuatu menjadi yang lebih baik, dan sebenarnya pada kondisi ini kita sedang berusaha menjauh dari identitas sebagai seorang muslim. Memang agak sulit untuk menjadikan hal ini sebagai parameter, tapi apabila kita renungkan, inilah sebenarnya jawaban dari pada pertanyaan posisi kita yang sebenarnya.
Orang lain boleh beranggapan bahwa kita termasuk orang yang senantiasa optimis dalam menghadapi hidup, tapi yang membuat semuanya benar adalah kondisi yang ada dalam jiwa kita sendiri, kita sendirilah yang merasakan semuanya, bukan orang lain. Ketenangan hati ini akan terpancar pada diri pribadi seorang muslim. Indikatornya biasanya terlihat dari setiap aktivitas yang dilakukan yang selalu berdasarkan kesungguhan, dan selalu mengejar kesempurnaan tanpa mempertimbangkan hasil dari pada aktivitas yang dilakukan. Ia akan senantiasa berfokus pada proses, must be the best process and enjoy it. Ketika kita berada pada posisi ini, biasanya segala jenis aktifitas yang dilakukan akan tersa sangat berharga, dan berkualitas juga memiliki nilai tinggi.
Pertanyaan di awal tulisan ini, jawaban sebenarnya adalah kita pasti pernah atau berada pada posisi terjepit. Banyak faktor yang menyebabkan semua ini terjadi, tapi yang paling penting dari semua itu adalah kesadaran bahwa konsep seorang muslim yang sejatilah yang meninggalkan kita, dalam bahasa yang lain kita dapat mengatakan di sini, bahwa kita akan berada pada posisi yang sulit ketika kita tidak meletakan diri pada posisi seorang muslim yang sejati.
Lingkungan pun menjadi titik dan tolak ukur yang cukup berpengaruh dalam pembentukan karakter dan diri kita. Orang yang berada pada lingkungan yang baik, "lingkungan dengan kriteria muslim", maka ia akan senantiasa terjaga dan bisa menjaga diri untuk senantiasa optimis dalam menghadapi dan mengarungi semua sisi dari kehidupan ini. Sebaliknya yang akan terjadi pada lingkungan yang tidak baik, "lingkungan dengan kriteria non muslim", maka ia akan senantiasa terjebak oleh permainan yang tidak pernah usai, permainan yang membuatnya senang pada satu sisi, tetapi sebenarnya ia sedang menuju kepada diskualifikasi dari kehidupan yang tentram dan menyenangkan.
Evaluasi yang
paling mendasar adalah sudah benarkah diri ini dalam memposisikan diri menjadi
hambaNya yang benar? Kalau kita melihat lebih jauh pada diri ini maka
seharusnya kita bisa menjawab dan merebut kembali jiwa optimis sebagai sifat
khas dari pada seorang muslim.
Pada sisi lain
mungkin kita termasuk orang yang menganggap sepele segala sesuatu yang
berhubungan dengan faktor x. tapi percayalah bahwa sebenarnya kedekatan dengan faktor
x inilah yang akan membawa kita pada kebahagiaan yang sebenarnya. Keistmewaan
dan keutamaan orang yang dekat dengan faktor x ini adalah terbukanya jalan yang
lebar dengan berbagai macam solusi yang jitu terhadap semua permasalahan yang
dihadapi, seakan ia melewati "jalan tol kehidupan" yang bebas hambatan.
Jadi, kegelisahan
= keadaan yang jauh dari Tuhan. Kita sering mendengar paham atheis ternyata
sering bahkan selalu membawa pengikutnya pada kegelisahan hidup, kegelisahan
yang datang karena ia telah mengilatkan Tuhan dari kehidupannya. Kita termasuk
orang yang percaya dan yakin akan tuhan, karena itu seharusnya keyakinan ini
senantiasa menjadi bekal yang berharga yang tidak pernah bisa digantikan dengan
apapun. Dengannya kita akan menggapai kebahagiaan hidup ini( kebahagiaan yang
hakiki) baik di dunia maupun kehidupan setelahnya.
<@saorisopyan>
<@saorisopyan>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar